Kamis, 13 September 2012

Cerpen "Kok Pakai Helm?"

Kok Pakai  Helm?
Siti Fatimah
SMP N 1 Kebun Tebu 
        Pagi  begitu  cerah di bumi persada Sumberjaya. Mentari pancarkan cahaya emasnya yang berkilau. Lembut. Hangat.  Kicauan burung riuh rendah menyuarakan lagu gembira, segembira hati Syifa.
       Hari Minggu yang ditunggu-tunggu bagi semua anak. Tak terkecuali gadis manis berambut ikal yang selalu menebar
senyum di bibirnya.   Selesai mandi  dan sarapan pagi ia telah siap-siap duduk di teras depan rumah menunggu ibu keluar membawa tas belanja.  Ayah mengeluarkan motor.
       “Aduh….! Gadis ibu sudah siap rupanya”. Sapa ibu muncul dari dalam.
 “Iyalah!” sahut Syifa sambil berdiri menghampiri  ibu.
”Cepat, Bu! Nanti kesiangan ke pasarnya!
eburu tutup!” pinta Syifa menarik tangan
ibu. Maklum saja,  hari kalangan  di Desa
 Purajaya, Kecamatan Sumberjaya,hanya
ada hari Minggu dan Rabu. Makanya
semua warga Purajaya dan sekitarnya
 sangat berharap hari Minggu itu datang.
       Rupanya ayah pun telah bersiap-siap dengan helmnya.
     ”Pakai helmnya, Fa!” kata  ayah sambil memberikan helm kepada putri tunggalnya.
    ”Kenapa harus pakai helm sih,Yah? Kan enggak enak , mendingan pake topi aja.” tanya Syifa setengah merengek.
    “Biar aman!” jawab ayah singkat sambil menghidupkan motor. Ibu melirik Syifa yang mulai tidak senang dengan jawaban ayah.Dengan perlahan ibu memasang kan helm ke kepala anaknya .

    Saat di jalan mereka melihat kerumunan orang  di pinggir jalan. Syifa penasaran ingin mengetahui  apa yang terjadi.
    “Ada apa, sih! Bu! Kok rame betul  jangan-jangan orang jual duren ya, Bu! Serunya. Ayah menghentikan motor dekat dengan kerumunan orang-orang itu.
“Astagfirulloh!” seru ayah terkejut.
“Kecelakaan, Bu! sebentar Ayah melihatnya!”
Ayah menanyakan siapa dan apa penyebab kejadian itu kepada orang yang ada di dekat korban. Ternyata pengendara motor mengebut saat  melintas jalan yang berlubang. Bagian kepalanya berdarah  karena tidak pakai helm. Tangan kirinya luka-luka. Beruntung masih selamat.  Korban segera di bawa ke Puskesmas terdekat. Satu per satu kerumunan terburai menjadi sepi , mereka kembali pada urusannya masing-masing. Ayah melanjutkan niatnya semula, ke pasar untuk mengantar  ibu belanja.
    Sepanjang perjalanan, di tengah pasar,dan setiba di rumah , peristiwa kecelakaan itu saja yang menjadi pembicaraan Syifa. Mulutnya yang ceriwis mengisi suasana tegang setelah peristiwa naas itu. Ibu dengan sabar menjawab semua pertanyaannya.
”Kok bisa nabrak, ya, Bu ?” tanya Syifa
Penasaran. Ibu berusaha menjelaskan.
”Nak, tabrakan itu bisa saja terjadi, jika Allah menghendaki. Apalagi kalau yang membawa motor itu tidak hati-hati saat berkendara!”
“ Bukannya  naik motor itu paling seru kalau ngebut, Bu ?” tanya gadis kecil itu dengan lugunya.
“Ya, kalau untuk di arena balap!” seru ibu sambil memegang rambut halus gadis kecilnya.  Syifa memandangi  ibunya penuh tanya.
“Kalau di jalan raya, banyak kendaraan lain yang menggunakan jalan, sementara di arena balap khusus motor balap saja !” sambung ibu cepat. ” Kalau tidak ngebut, ya, bisa kalah dengan lawan! Jadi, kalau mau kebut-kebutan Ikut balap saja jangan di jalan raya!” kilah ibu dengan senyum ramahnya. Syifa hanya manggut-manggut mendengarnya.
 ”Tapi, Bu!” sela Syifa penasaran seraya memegang lengan ibunya.
”Kenapa juga orang naik motor harus pakai helm ? Gak enak, panas! Pake topi lebih enak dan rambut gak rusak!”
ibu hanya senyum- senyum mendengarnya.
“Syifa…. Syifa ! Helm itu selain pelindung  kepala dari panas  matahari  juga dapat melindungi kepala dari benturan- benturan benda keras jika terjadi kecelakaan saat menaiki motor. Seperti yang terjadi di jalan saat kita mau ke pasar tadi pagi. Korban membawa motor sangat kencang  sehingga  terjadilah kecelakaan tersebut. Karena tidak pakai helm kepalanya jadi berdarah, deh! Masih untung tidak terjadi gegar otak di kepalanya. Coba kalau sampai gegar otak, tidak cukup ke Puskesmas berobatnya tapi ke rumah sakit dan diinfus juga!”  Syifa bergidik mendengarnya.
” Ih! Serem, ah! Bu! Kalau sampai diinfus segala!  Ifa takut kalau naik motor  gak pake  helm. Pantesan Ayah maksa banget nyuruh Ifa pake helm, jadi begitu ya riwayatnya!” ibu jadi tertawa mendengar ucapan Syifa.
” Fa, Syifa! Ada – ada saja ! Pake bilang riwayat segala ! Sudah, ah! Ibu mau masak
dulu ! Nanti keburu lapar belum ada yang matang. Ya sudah ! Mendingan ikut ibu ke dapur,  bantuin ibu motongin sayuran  aja  biar cepat selesai masaknya!”  ajak ibu sambil memegang lengan putri kesayangannya melangkah menuju dapur.
    Kebun Tebu, 2 Agustus 2012
    Untuk anakku Alit